Judul buku : Sadgenic
Penulis : Rahne Putri
Harga Buku : Rp. 39.000,-
Penerbit :Kurniaesa Publishing
Tahun terbit : 2012
Ketebalan buku : 183 Halaman
Sadgenic itu kesedihan yang menarik.
Mungkin, itulah trade mark yang ingin di coba dikeluarkan seorang
Rahne Putri. Berawal dari tulisan blog http://www.rahneputri.com & http://rahneputri.tumblr.com
yang ia tulis sepanjang dua tahun, akhirnya pada tahun 2012 berhasil
diwujudkannya menjadi buku. Sebuah kumpulan prosa, sajak, puisi, Flash
Fiction dan tulisan kecilnya. Semuanya campur aduk seperti benar- benar
sebuah sisi dari hati dan pikiran seorang Rahne yang tidak bisa
terkotak-kotakkan begitu saja.
Pada sampul depan, warna merah jambu menjadi
warna dasar dari buku Sadgenic ini. Dengan gambar inti seorang wanita yang
mengeluarkan air mata yang mempunyai ragam warna yang berbeda. Sebuah gradasi
warna yang tidak hanya manis dilihat, tapi juga keci mengimplisitkan
ragam perasaan- perasaan yang tertulis untuk para calon pembaca
Immortally Mellow, Sally dan Over Romantic. Itulah pokok pikiran isi
dari tulisannya seketika menjadi buku. sebuah refleksi atau hasil gemuruh
hatinya terhadap apa yang ‘datang’ padanya. Walau belum tentu ia merasakan
semuanya. Tentang patah hati, ketabahan menunggu cinta sejati, juga kesepian
akan rindu dan lain lain. Kemudian, untuk memudahkan pembacanya ia membuat tiga
kategori tulisan yang ada dalam bukunya, yaitu : (1) Kotak Surat dan Kamu, dan
(2) Cerita waktu dan Aku. Terakhir, adalah Laci Air mata.
Secara umum, kelebihan dan catatan positif buku
ini adalah. (1) pemakaian diksi yang sederhana, hingga makna dari setiap tulisannya
mudah untuk dicerna pembaca. Mungkin juga, semua segmen pembaca (2)
pengungkapan perasaan dengan unsur imaji, symbol, metafor memperkuat makna yang
tidak jauh dari pembaca. (3) Singkatnya, kematangan seorang Rahne dalam
mengolah kata; sudut pandang, permainan kata berimanya, metofora segarnya.
Semua serupa mantra ajaib yang selalu berhasil menggoda hingga nanti tidak akan
terasa senyum kita merona. tak jarang, juga menggetarkan bulu kuduk kita.
Aku bukannya menunggu, aku hanya senang mengkoleksi rasa rindu dan pada saat yang tepat akan kuhadiahkan padamu.
Cinta adalah, ketika kau selalu mengucap padanya “ hati-hati”, padahal kau sadar, hatimu pun dibawanya pergi.
“Cinta, sesungguhnya akan selalu tepat waktu. Cek arlojimu, mungkin kamu, yang masih terjebak di himpitan detik yang lalu.”
Sungguh, sudut pandangnya yang unik, tulisan
kecil diatas hanyalah sedikit dari penggalan penterjemahannya menunggu dan
cinta. Adalagi tentang Rindu gerimis dan lain lain. Pun, juga
bagaiamana alam diikutsertakan pada tulisan duetnya dengan Zarry Hendrik dan
lainnya; hujan, awan, matahari, bulan dan lain sebagainya hingga terasa begitu
manis dan romantic. Hingga pada bagian tulisan Laci Air Mata, kita ikut
juga dibuat teriris akan sakit hati yang ia rasa. Entah itu sebuah delusi atau
realita. Itulah Rahne dengan permainan aksaranya. Tapi aku seperti menemukan
tulisan kecilnya mengenai isi hatinya– lagi lagi entah itu delusi atau benar
hikmah cerita hidupnya. Yang jelas aku suka ceritanya, aku suka dia menuliskan
cerita tanpa menggurui.
Dalam Diam
“kakak, air mata yang jatuh akan pergi ke mana?”
Ia akan berubah rupa, menguap dan terkumpul di awan, nanti ia turunkan kebahagiaan lewat hujan tawa atau hujan rasa untukmu.
“Kakak, kemana perginya hari kemarin?”
Ia berada di salah satu laci dikepalamu.
“Kakak, aku ingin berdoa untuknya, apa dia perlu tahu?”
Doakan dia diam-diam, yang terbaik akan berbicara pada jalanmu.
“ Kaka, aku lelah”
Wajar, asal kamu tidak lelah karena terlalu diam… atau berjalan mundur.
“Kakak, aku ingin menjadi bayi, mengulang semua dari awal lagi.”
Setiap pagi saat kau membuka mata, sebenarnya ada celah waktu yang membuatmu terlahir kembali. Berdoalah dalam diam, lebur benci yang mendalam, maafkan apapun, lalu biarkan matamu terpejam. Esok, kau akan seringan bayi. Kini tidurlah.
Lalu aku berjalan perlahan keluar dan menutup pintu. Aku melihat keluar jendela.
Ketika malam jatuh ke mataku,
Ada keheningan yang menjadi saksi,
Bahwa dalam diam aku masih mendoakanmu.
Dan dalam diam, ada seorang juga yang mendoakanmu.
Yang jelas bagiku, makna yang tersirat ini mahal. Butuh pengalaman pribadi agar bisa tercapai tulisan seperti dia atas. Aku ragu jika ini hanya sebuah delusi atau imajinasi, karena nilai-nilai empirik di dalamnya kental sekali. Dan kalau aku tidak salah mengambil pesannya, pada bagian ini:
“ Kaka, aku lelah”
Wajar, asal kamu tidak lelah karena terlalu diam… atau berjalan mundur.
aku mengartikannya: bergeraklah sekalipun masa lalu pahit sekali. Bergeraklah karena diam bisa mematikan, karena diam sama saja mati sebelum waktunya. Maka, teruslah bergerak.
Well, satu hal lagi catatan positif
tentang buku ini, apa yang Rahne sajikan dalam bukunya juga, bukanalah cerita
fiksi atau imajinasi belaka. Tapi juga syarat hikmah dari semuanya yang
dibungkus kata-kata indah. Jadi, buku ini bukanlah buku orang galau, random
bercerita. Maka, secara keseluruhan, nilai 8 pantas diberikan buku ini, dan
layak dibaca untuk semua segmen pembaca, apalagi yang sedang berduka karena
cinta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar